Minggu, 11 November 2018

Untukmu, Wahai Saudaraku Aktivis Dakwah

“Jika engkau berdakwah dan berkeyakinan bahwa dakwah membutuhkanmu, maka lebih baik engkau tidur, karena agama Allah akan ditolong dengan kehendak-Nya.

Namun jika engkau berdakwah dan berkeyakinan bahwa engkau butuh pada dakwah, maka bangkitlah dan memohonlah pertolongan pada Allah.”
- Syaikh Prof. Dr. Shalih bin ‘Abdul Aziz Sindi hafizhahullah

Ya. Bila kita merasa butuh pada dakwah, maka mari bangkit untuk menuntut ilmu mulai dari yang fardhu 'ain seperti: tauhid, aqidah, rukun iman, rukun Islam, thaharah, wajib-haram, dsb.

Lalu ilmu yang fardhu kifayah, seperti: menghafal alquran, hadits dan ilmu hadits, ilmu ushul, fiqih, nahwu, bahasa Arab, sharaf, ilmu perawi hadits, dan perselisihan ulama.

Jika kita belum menguasai ilmu yang fardhu 'ain, maka prioritaskanlah fardhu 'ain terlebih dahulu daripada yang fardhu kifayah

Mengapa ketika kita merasa membutuhkan dakwah, justru wajib menuntut ilmu agama dahulu? Karena fardhu kifayah ini—dakwah—tidak akan sempurna tanpa didahului menuntut ilmu. Percayalah, berdakwah sebelum menuntut ilmu agama pasti lebih merusak daripada memperbaiki

Apa Islam itu?
Apa konsekuensi menjadi seorang muslim?
Apa makna "لا إله إلا الله"?
Allah berada di atas Arsy, atau berada di mana-mana?
Bagaimana aqidah ahlussunnah wal jama'ah?
Apa itu mashlahat dan mudharat dalam kacamata Islam?

Sungguh, bila kita bingung menjawab salah satu pertanyaan mendasar tersebut, belajarlah ilmu fardhu 'ain lagi. Kita tidak boleh berbicara hal-hal besar kalau hal mendasar saja belum dikuasai.

Bersamaan dengan menuntut ilmu, kita berdakwah sesuai dengan kapasitas diri, menyampaikan hanya ketika yakin, dan diam ketika tidak tahu.

Imam Asy-Sya'bi rahimahullah berkata: "Perkataan 'Aku tidak tahu' adalah setengah ilmu".
Riwayatnya shahih dikeluarkan oleh ad-Darimi (1/180)

Oleh saudaramu yang menginginkan kebaikan untukmu,
-Muhammad Evan Anindya Wahyuaji-

by: Evan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar