Jumat, 13 Maret 2015

Naskah Drama Lucu Tryout Suram di Minggu Cerah



        Hai Kawan! Kali ini Saya akan menceritakan sebuah kisah nyata dari kehidupan Saya berbentuk naskah drama. Bisa disebut ini lucu dan agak memalukan, pasti kalian akan tertawa bila melihatya secara langsung... =D Tentu saja dalam naskah ini nama tokoh disamarkan, begitu juga dengan alurnya sedikit disamarkan. 
Selamat membacaaa

Tryout Suram di Minggu Cerah


tryout


Narrator : Pada abad ke21, hiduplah seorang pemuda berumur 15 tahun, ngganteng bernama Wahyu. Ia dilahirkan dari pasangan suami-istri Pak Maryamin dengan Bu Marimin. Pada suatu tanggal merah alias libur. Wahyu pergi makan-makan dengan teman-teman nya. Dia berpamit dahulu dengan orangtuanya.
Wahyu             : “Pak, Bu”
Pak Maryamin  : “Iya nak, ada apa?” (sambil membaca koran)
Wahyu             : “Saya pamit pergi makan-makan dengan teman-teman ya Pak, Bu.”
Pak Maryamin  : “ Oh ya jangan pulang sore sore ya nak.”
Bu Marimin      : “Hati-hati ya Wahyu.”
Wahyu             : (menyalami ortu nya)

-Ganti Tempat (Narator : Setelah bersalaman dengan orangtua nya, Wahyu berangkat menemui teman temannya.)

Wahyu             : “Hai kawan” (sambil melambaikan tangan)
Alice                 : “Hai jugaa” (membalas melambaikan tangan)
Wahyu             : “lhoh, Rio dimana?”
Shinta               : “Mungkin masih tidur, dia kan kayak keboo.”
Fira                   : “Iya lah, jam segini dia belum karuan bangun.”
Wahyu             : “yasudah, ayo kita ke rumahnya.” (Wahyu dkk. berjalan ke rumah 
                                       Rio)
Alice                 : “Kita dah sampe nih, gimana?"
Shinta               : “Siapa yang mau ketuk pintu?”

Kamis, 05 Maret 2015

Naskah Drama Legenda Batu Menangis

naskah drama

Hai Kawan! Kali ini saya akan mempos sebuah naskah drama legenda, yaitu  Legenda Batu Menangis. Silakan disimak!


Naskah Drama Legenda Batu Menangis 

Alkisah, disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah petani miskin dengan istri dan putri nya yang masih bayi, yang bernama Darmi. Seperti hari biasa, Sang petani pergi bekerja. Menggarap sawah demi sesuap nasi.

Pak Tani           : “Dinda, Kangmas berangkat bertani dulu ya. Jaga putri kecil kita ya.”
Ibu                   : “Iya kangmas, hati hati ya.” (Ibu mencium tangan Pak Tani)
                          (menggendong bayi)

            Pada suatu hari, hal buruk terjadi. Sang petani terkena penyakit parah. Istri nya pun memanggil Tabib.

Ibu                   : “Tabib! Tabib! Tolong! Suamiku jatuh sakit!” (terburu-buru)
Tabib 1             : “Yasudah, mari kita kesana.”

Pak Tani           : “Uhuk... Uhuk.... Dinda....”
Ibu                   : “Sabar Kangmas, Dinda sudah memanggil tabib.”
Tabib 1             : (meracik obat-obatan)
Tabib 2             : (memeriksa Pak Tani) “Sepertinya panyakin Pak Tani ini sudah parah.”
Tabib 1             : “Minum ini. Ini akan membuatmu merasa lebih baik.”
Pak Tani           : “Terimakasih Tabib.” (meminum ramuan) “Dinda, apabila Kangmas sudah    tiada; rawat dengan baik putri kecil kita, Darmi ya.”
Ibu                   : “Kangmas jangan tinggalkan Aku.” (Pak Tani tak sadarkan diri) 
                           “Kangmaaaas!”