Jumat, 21 April 2017

Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)

Sunan Gresik


.               Asal Usul Syekh Maulana Malik Ibrahim
               Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim–yang lebih dikenal penduduk Gresik sebagai Kakek Bantal–adalah seorang Walisongo, yang dianggap pertama kali menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Sunan Gresik dianggap termasuk salah seorang yang pertama-tama menyebarkan agama Islam di tanah Jawa dan merupakan wali senior di antara para Walisongo lainnya.

                Beliau diperkirakan datang ke Gresik untuk berdakwah pada tahun 1404 M. Daerah yang ditujunya pertama kali adalah Desa Sembalo, sekarang menjadi daerah Leran, Kecamatan Manyar–sembilan kilometer ke arah utara dari Kota Gresik. Beliau lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa Timur.

               Pada masa itu kerajaan yang berkuasa di Jawa Timur adalah Majapahit. Raja dan mayoritas rakyatnya masih beragama Hindu atau Budha. Sebagian rakyat Gresik sudah ada yang beragama Islam, tetapi masih lebih banyak yang beragama Hindu dan yang tidak beragama.

                Dalam Dakwah kakek bantal menggunakan cara yang bijaksana dan strategi yang tepat berdasarkan ajaran Al-Qur’an yaitu : “Hendaklah engkau ajak ke jalan TuhanMu dengan hikmah (kebijaksanaan) dan dengan petunjuk-petunjuk yang baik serta ajaklah mereka berdialog (bertukar pikiran) dengan cara yang sebaik-baiknya.” (QS. An Nahl: 125)

                Ada yang menyebutkan bahwa beliau berasal dari Turki dan pernah mengembara di Gujarat sehingga beliau cukup berpengalaman menghadapi orang-orang Hindu di pulau Jawa. Di Jawa, kakek bantal bukan hanya berhadapan dengan masyarakat Hindu melainkan juga harus bersabar terhadap mereka yang tak beragama maupun mereka yang terlanjur mengikuti aliran sesat, juga meluruskan iman dari orang-orang Islam yang bercampur dengan kegiatan Musyrik. Caranya , beliau tidak langsung menentang kepercayaan mereka yang salah itu melainkan mendekati mereka dengan penuh hikmah, beliau tunjukkan keindahan dan ketinggian akhlak Islami sebagaimana ajaran Nabi Muhammad SAW.

                Dari huruf-huruf arab yang terdapat pada batu nisannya dapat diketahui bahwa Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah si Kakek Bantal, penolong fakir miskin, yang dihormati para pangeran dan para sultan ahli tata negara ulung, hal itu menunjukkan betapa hebat perjuangan beliau terhadap masyarakat, bukan hanya pada kalangan atas melainkan juga pada golongan rakyat bawah.

                Keterangan yang tertulis di makamnya ialah sebagai berikut: “inilah makam Almarhum Almaghfur, yang berharap rahmat Tuhan, kebanggaan para pangeran, para Sultan dan para Menteri, penolong para Fakir dan Miskin, yang berbahagia lagi syahid, cemerlangnya simbol negara dan agama, Malik Ibrahim yang terkenal dengan Kakek Bantal. Allah meliputinya dengan RahmatNya dan KeridhaanNya, dan dimasukkan ke dalam Surga. Telah Wafat pada hari Senin 12 Rabiul Awal tahun 822 H.” 
.
                Menurut literatur yang ada, beliau juga merupakan ahli pertanian dan ahli pengobatan. Sejak beliau berada di Gresik hasil pertanian rakyat Gresik meningkat tajam. Dan orang-orang sakit banyak yang disembuhkannya dengan dedaunan tertentu.
.
               Sifatnya lemah lembut, welas asih dan ramah tamah kepada semua orang, baik sesama muslim atau dengan nonmuslim membuatnya terkenal sebagai tokoh masyarakat yang disegani dan dihormati. Kepribadian baiknya itulah yang menarik hati penduduk setempat sehingga mereka berbondong-bondong masuk agama Islam dengan suka rela dan menjadi pengikut beliau yang setia.
.
               Semisal beliau menghadapi rakyat jelata yang pengetahuannya masih awam sekali, beliau tidak menjelaskan Islam secara rumit. Kaum bawah tersebut dibimbing untuk bisa mengolah tanah agar sawah dan ladang mereka dapat dipanen lebih banyak lagi. Sesudah itu mereka dianjurkan bersyukur kepada yang memberikan rezeki yaitu Allah SWT.
.
                Dikalangan rakyat jelata, Syekh Maulana Malik Ibrahim sangat terkenal. Sebagaimana diketahui agama Hindu membagi masyarakat menjadi empat kasta yaitu: kasta brahmana, kstaria, waisya dan sudra. Dari keempat kasta tersebut kasta sudra adalah yang paling rendah dan sering ditindas oleh kasta-kasta yang lebih tinggi. Maka ketika Syekh Maulana Malik Ibrahim menerangkan kedudukan seseorang didalam Islam, orang-orang kasta sudra dan waisya banyak yang tertarik, Syekh Maulana Malik Ibrahim menjelaskan bahwa dalam agama Islam semua manusia sama sederajat. Orang sudra boleh saja bergaul dengan kalangan yang lebih atas, tidak dibeda-bedakan. Dihadapan Allah semua manusia adalah sama, yang paling mulia diantara mereka hanyalah yang paling taqwa disisi Allah SWT.
.
               Setelah pengikutnya semakin banyak, beliau kemudian mendirikan masjid untuk beribadah dan mengaji bersama-sama. Dalam membangun masjid ini beliau mendapat bantuan yang tidak sedikit dari Raja Carmain.
.
              Dan untuk mempersiapkan kader umat yang nantinya dapat meneruskan perjuangan menyebarkan agama Islam ke seluruh tanah Jawa dan seluruh Nusantara maka beliau kemudian mendirikan pesantren yang merupakan perguruan Islam, tempat mendidik dan menggembleng para santri sebagai calon mubaligh. Pendirian pesantren yang pertama kali di Nusantara itu diilhami oleh kebiasaan masyarakat Hindu yaitu para biksu dan pendeta brahmana yang mendidik cantrik dan calon pemimpin agama di mandala-mandala mereka.
.
                Inilah salah satu strategi para wali yang cukup jitu, orang Budha dan Hindu yang mendirikan mandala-mandala untuk mendidik kader tidak dimusuhi secara frontal, melainkan beliau-beliau itu mendirikan pesantren yang mirip dengan mandala-mandala miliki kelompok Hindu dan Budha tersebut untuk menjaring umat. Dan ternyata hasilnya sungguh memuaskan, dari pesantren Gresik kemudian muncul para mubaligh yang menyebar ke seluruh Nusantara. Tradisi pesantren tersebut berlangsung hingga dijaman sekarang. Dimana para ulama menggodok calon mubaligh dipesantren yang diasuhnya.
.
                Bila beliau ditanya suatu masalah agama maka beliau tidak menjawab dengan berbelit-belit. Pertanyaan itu dijawab dengan mudah dan gamblang sesuai dengan pesan Nabi yang menganjurkan agama disiarkan dengan mudah, tidak dipersulit, umat harus dibuat gembira, tidak ditakut-takuti.
.
Pada suatu hari Syekh Maulana Malik Ibrahim ditanya, “Apakah yang dinamakan Allah itu ?”
.
               Beliau tidak menjawab bahwa Allah itu adalah Tuhan yang memberi pahala surga kepada hambaNya yang berbakti dan menyiksa sepedih-pedihnya bagi hamba yang membangkang kepadaNya. Jawabannya cukup singkat dan jelas yaitu, “Allah adalah Zat yang diperlukan adaNya.”
.
               Dua tahun sudah Syekh Maulana Malik Ibrahim berdakwah di Gresik, beliau tidak hanya membimbing umat untuk mengenal dan mendalami agama Islam, melainkan juga memberi pengarahan agar tingkat kehidupan rakyat Gresik menjadi lebih baik. Beliau pula yang mempunyai gagasan mengalirkan air dari gunung untuk mengairi lahan pertanian penduduk.
.
                Andaikata Syekh Maulana Malik Ibrahim tidak ikut membenahi dan meningkatkan taraf hidup rakyat Gresik tentulah mereka sukar diajak beribadah dengan baik dan tenang. Sebagaimana sabda Nabi bahwa kefakiran menjurus pada kekafiran. Bagaimana mungkin bisa beribadah dengan tenang jika sehari-hari disibukkan dengan urusan sesuap nasi? Inilah strategi yang harus ditiru.
.
2.     Tamu dari Negeri Carmain
                Ada ganjalan di hati Syekh Maulana Malik Ibrahim. Dia telah berhasil mengislamkan sebagian besar rakyat Gresik, sedangkan saat itu Gresik merupakan bagian dari wilayah Majapahit. Jika seluruh rakyat sudah memeluk Islam sementara Raja Brawijaya–penguasa Majapahit–masih beragama Hindu, dikhawatirkan akan timbul ketegangan antara rakyat dengan rajanya. Untuk menghindari hal itu maka Syekh Maulana Malik Ibrahim mempunyai rencana mengajak Raja Brawijaya untuk masuk agama Islam.
.
                Hal itu diutarakan kepada sahabatnya yaitu Raja Carmain. Ternyata Raja Carmain juga mempunyai maksud serupa. Sudah lama Raja Carmain ingin mengajak Prabu Brawijaya masuk agama Islam. Pada tahun 1321 M. Raja Carmain datang ke Gresik disertai putrinya yang cantik. Putri Raja Carmain itu bernama Dewi Sari, tujuannya dalam misi tersebut adalah untuk memberikan bimbingan kepada para putri istana Majapahit mengenal agama Islam.
.
                Bersama Syekh Maulana Malik Ibrahim rombongan dari negeri Carmain itu menghadap Prabu Brawijaya. Usaha mereka ternyata gagal. Prabu Brawijaya bersikeras mempertahankan agama lama dengan ucapan diplomatis. Bahwa dia bersedia masuk Islalm bila Dewi Sari bersedia dipersuntingnya sebagai isteri. Dewi Sari menolak. Tidak ada gunanya masuk Islam bila ditunggangi dengan kepentingan duniawi, beragama  seperti itu hanya merusak keagungan agama Islam.
.
                Rombongan dari negeri Carmain lalu kembali ke Gresik. Mereka beristiharat di Leran sembari menunggu selesainya perbaikan kapal untuk berlayar pulang. Sungguh sayang sekali, selama peristirahatan di Leran banyak anggota dari negeri Carmain yang diserang wabah penyakit. Banyak diantara mereka yang tewas, termasuk Dewi Sari.
.
                Kabar kematian Dewi Sari terdengar ke telinga Prabu Brawijaya, Raja yang memang tertarik dan merasa jatuh cinta kepada Dewi Sari itu kemudian menyempatkan diri beserta para punggawanya berkunjung ke Leran. Raja Brawijaya memerintahkan kepada para punggawanya untuk menggali kubur dan memakamkan Dewi Sari dengan upacara kebesaran.
.
                Setelah rombongan dari negeri Carmain itu meninggalkan pantai Leran Prabu Brawijaya menyerahkan seluruh daerah Gresik kepada Syekh Maulana Malik Ibrahim untuk diperintah sendiri dibawah kedaulatan Majapahit. Penyerahan wilayah itu adalah siasat dari sang Raja agar rakyat Gresik yang beragama Islam itu tidak memberontak kepada Rajanya yang masih beragama Hindu.
.
                Amanat Raja Majapahit itu diterima oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim dengan sukarela. Sesuai dengan ajaran Islam yang menganjurkan perdamaian walaupun dengan kafir zimmi yaitu orang-orang bukan muslim yang mau hidup berdampingan dengan aman dalam suatu negara.
.
                Beliau terus berdakwah di Gresik sampai wafatnya pada 1419 M/882 H. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasti makamnya. Pada acara haul biasa dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan khas bubur harisah.
sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar