by: Evan |
Percayakah kamu? Telah terjadi,
seorang perampok bertaubat karena mendengar satu ayat dari firman Allah ta’ala,
Alquran yang mulia. Namun, tidak hanya sampai di situ. Setelah taubat, dia
belajar agama dengan sungguh-sungguh hingga menjadi seorang ulama besar.
.
.
Ya, ini benar-benar terjadi. Kisah
yang luar biasa ini terjadi sekitar 13 abad yang lalu. Pria itu bernama Fudhail
bin Iyadh, semoga Allah merahmatinya. Dahulu, Fudhail bin Iyadh adalah perampok
hebat sehingga tidak memerlukan partner atau tim dalam merampok. Suatu malam,
dia pergi untuk merampok. Tak berapa lama ia pun bertemu dengan kafilah dagang.
Tanpa mengetahui ada Fudhail di sana, mereka bercakap-cakap, “Jangan masuk ke
desa itu, karena di depan kita terdapat seorang perampok bernama Fudhail.”
Mendengar percakapan itu, Fudhail gemetar. Dia tidak menyangka bahwa orang-orang sampai setakut terhadap gangguan dari dirinya, dia merasa betapa dirinya membahayakan orang lain. Fudhail pun berseru, “Wahai kafilah, akulah Fudhail, lewatlah kalian. Demi Allah, aku berjanji (berusaha) tidak lagi bermaksiat kepada Allah selama-lamanya.”
.
Fudhail menerima kafilah tersebut
sebagai tamunya pada malam itu. Tidak hanya itu, Fudhail juga mencari pakan
untuk ternak mereka. Ketika dia pulang, dia mendengar seseorang membaca ayat,
.
.
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا أَن تَخْشَعَ
قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللهِ
“Belumkah datang waktunya bagi
orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah...” (QS.
Al-Hadid: 16)
.
.
Begitu mendengar lantunan ayat
ini, Fudhail bergumam, “Tentu saja wahai Rabbku. Sungguh telah tiba saatku
(untuk tunduk hati karena mengingat-Mu).” [1]
.
.
Setelah bertaubat dan belajar
Islam dengan sungguh-sungguh, beliau menjadi ulama besar. Imam Adz-Dzahabi rahimahullah
berkomentar tentang Imam Fudhail, “Beliau adalah seorang imam, panutan,
kuat haditsnya, syaikhul Islam.” Imam Al-Hafidz ibnu Hajar rahimahumallah pun
juga berkomentar, “Beliau tsiqah (terpercaya), ahli ibadah, dan seorang
ulama besar.” [2]
.
.
Begitulah petunjuk dari Allah.
Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya.
Barangsiapa yang dibiarkan tersesat oleh Allah, maka tidak ada yang dapat
memberinya petunjuk.
.
.
Bagaimanapun diri merasa dalam
keimanan yang kurang sempurna, ataupun terus-terusan berlaku maksiat, janganlah
berputus asa dari rahmat Allah yang begitu luas. Sungguh, kasih sayang Allah
meliputi segala sesuatu.
.
.
Lalu ketahuilah, rahmat Allah
yang paling berharga adalah engkau diberi taufik untuk berbuat ketaatan kepada
Allah, untuk berbuat baik, keteguhan iman, hidayah menuju jalan yang lurus, dan
kemuliaan dengan masuk ke dalam surga
serta selamat dari neraka. [3]
.
.
Hidayah inilah yang selalu engkau minta dalam shalatmu,
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ) ۵(
“Tunjukilah
kami jalan yang lurus” (Al-Fatihaah: 5)
.
.
Oleh karenanya, jemputlah hidayah yang selalu engkau
minta. Bacalah Alquran beserta terjemahan dan tafsirnya. Bacalah hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta penjelasannya, Syarah
Arba’in Nawawi misalnya. Dengarkanlah nasihat-nasihat ustadz-ustadz ahlu
sunnah di youtube, platform lain, atau hadirilah kajiannya secara
langsung. Bersemangatlah untuk menjalankan kewajiban dan sunnah-sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
.
.
Semoga Allah ta’ala melimpahkan,
menyempurnakan, dan menjaga taufik-Nya kepada kita sema sampai kita berjumpa
dengan-Nya di surga-Nya kelak.
.
.
Saudaramu
yang menginginkan kebaikan bagimu,
Muhammad
Evan Anindya Wahyuaji
Referensi:
[2] Imam Al-Baihaqi rahimahullah dalam Syu’ab Al-Iman, https://konsultasisyariah.com/21147-kisah-taubatnya-seorang-perampok.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar