Pendaran Kilat: Pemirsa, Enterpreneur, Tabib
oleh: Muhammad Evan Anindya Wahyuaji
identitas buku:
-
judul :
Supernova 3: Petir
-
pengarang :
Dewi Lestari (Dee)
-
tahun terbit :
2012
-
penerbit : Bentang
-
jumlah halaman :
x + 268 halaman
-
cetakan : Kedua, April
2012
Supernova
3: Petir ini merupakan salah satu novel dari serial Supernova karya Dewi
Lestari, berisikan keping 37 sampai keping 39 Supernova. Novel ketiga dari
serial Supernova ini ditulis dengan gaya bahasa dan sudut pandang yang menarik
serta sifat-sifat tokoh yang sangat hidup, sebut saja Elektra yang lugu dan
Mpret yang ekstrovert.
Dimas
dan Reuben–tokoh dari Supernova 1: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh–mengalami
stagnasi, dua tahun setelah roman mereka rampung. Hingga suatu hari mereka
mendapat surat elektronik dari Gio, kata “Supernova” yang disebut Gio dalam
surel itu menjadi tanda tanya baru sekaligus awal pengetahuan Dimas dan Reuben
tentang jaringan yang selama ini melibatkan mereka tanpa disadari.
Sementara
itu, di Kota Bandung, Elektra–seorang gadis sebatang kara–berusaha menyambung
hidup. Berawal dari perkenalannya dengan seorang yogini bernama Ibu Sati dan seorang enterpreneur muda urakan bernama Toni alias Mpret, hidup Elektra
mulai terakselerasi. Dari hanya seorang ‘penonton bioskop kehidupan’, Elektra menjadi
seorang pemain dalam ‘bioskop kehidupan’ tersebut. Kehidupan sosial Elektra
juga bertransformasi. Bermula dari tidak punya teman, menjadi punya sedikit
teman, lalu setiap harinya bercakap dengan orang baru. Setelah stabil dalam
lingkungannya yang baru, hidup Elektra kembali siap diguncang ketika Bong
memintanya untuk menyembuhkan seseorang yang tidak ia kenal bernama Bodhi.
Dibandingkan
dengan Supernova 1: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh, Supernova 3: Petir dibawakan
dengan santai dengan lebih sedikit teori sains, tidak seperti Supernova 1 yang
memerlukan banyak footnote untuk
menjelaskan teori sains yang diikutkan.
Supernova
3: Petir ini memiliki keunggulan berupa gaya bahasa dan sudut pandang yang
begitu menarik, karena gaya bahasa dan pola pikir Elektra mendominasi Keping
38: Petir. Selain itu tokoh-tokoh yang hadir begitu hidup dan berkarakter.
Sedangkan untuk kekurangannya adalah ada beberapa kata berbahasa Sunda yang
tidak diberi footnote terjemahannya,
sehingga pembaca yang tidak menguasai bahasa Sunda tidak mengerti artinya.
Novel
ini cocok dibaca untuk semua golongan, terutama golongan pemuda karena terdapat
sedikit teori sains dan pemikiran Elektra merupakan pemikiran anak muda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar